“Berjalan menulusuri peneninggalan sejarah: Taman Sari dan sekitarnya, yang dinaungi oleh saksi sejarah: Pohon Asam Jawa”


Aerial view Taman Sari - sumber foto di akses pada 1-1-2014 pukul 22.00 : https://bandaacehkotamadani.files.wordpress.com/2012/08/taman-sari.jpg

Pada suatu hari, lahirlah seorang anak di sebuah kota kecil di ujung Pulau Sumatera dan itu Aku. Patut berbangga diri karena ibuku memilih untuk melahirkanku di sebuah klinik bersalin ketimbang di tempat praktik bidan di sekitar rumahku yang berlokasi di Aceh Besar. Kota kecil yang kumaksudkan itu adalah Banda Aceh. Bukan karena luas wilayahnya yang kecil, bukan juga karena orang-orangnya yang bertubuh kecil. Tapi, karena kota ini dikelilingi oleh wilayah administratif kabupaten Aceh Besar. Itu berarti kota/wilayah yang bernamakan Banda Aceh ini merupakan kota kecil bukan ?

Berbicara tentang Kota Banda Aceh, kota ini merupakan Ibu Kota Provinsi Aceh. Ia memiliki banyak nama (ternyata bukan hanya manusia saja yang memiliki banyak nama panggilan, hehe). Namun, yang menamakannya pasti juga manusia. Hanya saja manusia tersebut datang dari masa ke masa yang berbeda. Banda Aceh ini dikenal sebagai seuramoe mekkah. Konon, ceritanya bahwa kota ini dianggap sebagai kota suci seperti kota Mekkah. Bukan Hanya itu, koetaradja juga salah satu nama panggilan kota ini.

Sebagai sebuah kota, Banda Aceh memiliki dua buah pusat kota, yaitu pusat kota lama dan pusat kota baru. Keduanya memiliki nilai sejarah dan cerita yang berbeda di setiap lokasi. Diantara kedua pusat tersebut, terdapat sebuah kawasan yang merupakan saksi bisu dari perjalanan kota ini, yaitu kawasan Taman Sari dan Mesjid Raya Baiturrahman. 

Untuk menikmati dan mengamati sebuah peninggalan sejarah, banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya, kita bisa saja mendatangi suatu tempat yang bersejarah satu persatu atau salah satunya agar lebih mendalam. Ataupun, kita juga bisa melakukannya dengan mendatanginya satu persatu tetapi kita berjalan kaki di kawasan tersebut. Iya, berjalan kaki menyusuri kawasan yang memiliki banyak peninggalan sejarah disekitarnya.

Berjalan kaki merupakan sebuah kegiatan yang tidak memerlukan biaya. Dengan berjalan kaki kita juga bisa mengeluarkan energi sekaligus berolahraga.  Untuk berjalan kaki tentunya kita memerlukan jalur pejalan kaki bukan? dari literatur yang pernah aku baca, Sirvani (1985), menjelaskan bahwa jalur pejalan kaki merupakan elemen penting perancangan kota. Ruang pejalan kaki dalam konteks kota dapat berperan untuk menciptakan lingkungan manusiawi. Ini artinya, jalur pejalan kaki itu sangat membantu dalam aktifitas kota bukan ?
Saat ini, aku memilih untuk berjalan kaki di sekitaran kawasan bersejarah itu. Mencoba menapaki perjalanan sejarah sebuah wilayah dari sebuah titik, yaitu Taman Sari.  Taman sari adalah salah satu taman tertua di Banda Aceh yang dibuat pada Zaman Kesultanan Iskandar Muda. Taman ini adalah taman yang sering digunakan oleh para menir-menir untuk berlibur atau mengatasi kepenatan dari masalah-masalah, sehingga mereka menjadi segar kembali. Oleh sebab itu, sampai sekarang Taman Sari tetap dibuka untuk umum dengan harapan bisa menjadi tempat hiburan bagi seluruh masyarakat Aceh. 

Taman ini hanya sebagai sebuah titik untuk memulai, tetapi sesungguhnya banyak hal yang bisa di amati di kawasan sekitar taman ini. Di dalam kawasan Taman sari itu sendiri terdapat beberapa objek bersejarah yang masih ada, dan ada yang sudah tidak ada lagi ataupun musnah. Yaitu Tugu Proklamasi yang masih ada. Gedung musik dan tower air adalah objek yang sudah tidak ada lagi. 

berbicara tentang Taman Sari, pada awalnya yaitu pada awal tahun 1970-an taman seluas 3000 meter ini masih belum ada bangunan di dalam area, kecuali sebuah rumah musik dan tugu proklamasi. Rumah musik tersebut bentuknya bulat dan dibangun pada zaman belanda.  Kemudian di dalam taman ini di bangun sebuah café bernama "rindang" pada awal tahun 1990-an. Sayangnya, pada tahun 2004 saat Aceh di landa gempa dengan kekuatan 8.9 skala richter yang disusul dengan tsunami, bangunan tersebut rusak dan dirobohkan. Kemudian di ganti dengan jenis bangunan yang 100% baru, yaitu bangunan serbaguna yang lebih besar dan berbentuk bundar juga.

Jika kita flashback lagi, ternyata tugu proklamasi juga tergolong baru.  Pada tahun 1930-an ketika Mesjid Baiturrahman yang berada didsekitar Taman ini masih memiliki satu buah kubah. Di dalam Taman Sari ini (ketika Aceh masih dijajah Belanda disebut (Vredespark) terdapat Patung Ratu Wihelmina II, kemudian setelah merdeka, patung dihancurkan dan digantikan dengan bangunan baru yaitu tugu proklamasi.
Patung ratu wihelmina di taman sari tahun 1930an - sumber foto di akses pada 1-1-2014 pukul 22.00 : http://novrizal-aceh.blogspot.com
Gambar kiri merupakan foto dari Tugu Proklamasi yang bersumber http://nisaphotofocus.blogspot.com (diakses pada 1-1-2014 pukul 22.00). Gambar Kanan merupakan foto Taman Sari dan sekitarnya yang bersumber dari koleksi pribadi.




Mata kita dapat melihat, telinga dapat mendengar, hidung dapat mencium aroma dan mulut dapat berbicara. Itulah cara kita mengamati dan menikmati suatu sejarah. Bangunan merupakan salah satu obyek sejarah yang paling bisa di amati karena wujud fisiknya. Banyak bangunan-bangunan bersejarah yang menarik perhatian, tetapi ada yang lebih menarik perhatianku dan batinku. Yaitu saat aku menapaki jalur pedestrian yang berada di sekitar taman ini. Jalur pedestrian yang aku lalui ini hanya bermaterialkan paving block dan dinaungi oleh pohon asam jawa.  Entah mengapa aku merasakan kenyamanan yang amat menyenangkan berada di dalam jangkauan tajuk pohon tersebut.



Yang aku tahu Pohon asam itu sudah tumbuh sejak zaman penjajahan Belanda. Menurut cerita Pak Nurdin, beliau adalah kepala Museum Aceh, pohon ini ditanam oleh orang Belanda di sepanjang jalan yang mereka lalui untuk sirkulasi saat masa penjajahan. Pohon ini ditanam untuk memberi bayangan pada jalan agar memberi keteduhan saat mereka melalui jalur tersebut. Oleh karena itu, di setiap daerah maju di Banda Aceh, memiliki pohon Asam Jawa.


Secara terminologi (sumber : Wikipedia), "asam" adalah nama umum yang dipakai untuk semua bumbu dapur pemberi rasa masam pada masakan, termasuk juga asam kandis dan asam gelugur. Nama "asam jawa" dipakai oleh orang Melayu karena dipakai dalam masakan Jawa. Tumbuhan ini sendiri didatangkan oleh orang-orang dari India. Nama Tamarindus dan tamarind diturunkan dari bahasa Arab تمرهندي tamr hindī. Artinya kurang lebih: kurma India. Tak heran mengapa pohon ini bisa tumbuh di Aceh, pasti karena kita memiliki keterunan India. Bisa jadi--

Bila difikir-fikir, mengapa Belanda memilih pohon asam jawa? apa manfaatnya?. Mendengar cerita yang masuk dari telinga kanan dan kiriku oleh berbagai sumber yang berbeda, ternyata sejarah pemilihan pohon asam itu sendiri sangat mendetil. Dari segi manfaat untuk masyarakat sekitar, hingga tingkat kebersihan lingkungannya.

Sering aku lihat banyak masyarakat Banda Aceh yang mengutip buah asam jawa. Kebanyakan yang melakukan itu adalah masyarakat yang kurang mampu. Untuk mencari nafkah demi keluarga mereka rela berkeliaran di jalan-jalan mengutip buah asam jawa yang kiranya dapat diolah untuk dijual. Bayangkan manfaat yang kita peroleh dari pohon tersebut yang telah berusia ratusan tahun lamanya.

Ternyata pohon ini dipilih oleh Belanda karena dari buahnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk dijual atau dikonsumsi. Lalu akarnya tidak merusak aspal dan menguatkan jalan. Ketika musim gugur, daunnya yang tipis akan mudah terbawa angin sehingga tidak terlalu mengotori jalan. Dan tentunya daunnya yang rimbun dapat memenuhi fungsinya untuk meneduhkan jalan. Sungguh mengagumkan.

Akhir dari cerita singkat tapi panjang ini. Sebuah perjalanan menelusuri kawasan bersejarah di sebuah kota kecil yang disebut Banda Aceh dengan berjalan kaki. Menapaki kawasan Taman Sari dan sekitarnya. Mencoba mengamati peninggalan sejarah tetapi ternyata berada di bawah peninggalan sejarah. Ia adalah Pohon Asam Jawa, tumbuh dan berdiri kuat selama ratusan tahun. Menyimpan setiap kenangan dalam setiap helai daun hingga membentuk sebuah tajuk yang dapat mengahangatkan hati manusia. Menghasilkan buah yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. 

Bila suatu hari kamu ke kota banda aceh dan dan tidak mengetahui arah jalan atau kesasar, maka lihatlah dan ikuti jalan yang memiliki Pohon Asam Jawa. Karena ia ditanam di jalan-jalan utama dan tidak akan membawamu ke jalan yang lebih menyesatkan. [hanani yasmin]

Comments

  1. cool writing 'POHON ASAM JAWA'

    ReplyDelete
  2. ini konsep vegetasi, pohon trembesi juga gak kalah dalam mengatasi polusi, bisa menyerap karbon dioksida 28,5 ton setiap tahun, numpang ninggalin jejak blog ane artpoe studio

    ReplyDelete
  3. postingan yang disajikan dengan begitu menarik :)

    ReplyDelete
  4. Sukaaakk kak nan.
    Amejiing.
    Simpel tapi kereen (y)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

clouds clouds clouds